12.02.2010

Cara mengetahui pengunjung blog kita

Google Analistic adalah layanan google yang difungsikan untuk mendeteksi setiap pergerakan aktivitas/lalulintas dari blog yang kita kelola. Sangat simple, dengan memakai Google Analiystic kita bisa mengetahui berapa orang yang telah berkunjung ke blog kita :D

Fiture ini bisa untuk antara lain :

1. Jumlah Pengunjung yang datang /hari dan totalnya
2. Jumlah halaman yang dilihat
3. Waktu rata-rata situs di akses
4. Mengetahui jumlah kunjungan baru
5. Asal geografis kunjungan dari mulai daerah, kota sampai Negara mana berasal
6. Sumber lalu lintas kunjungan dari (dari search engine, direct, atau situs pengarah)
7. Artikel yang Sering dilihat
8. Kata kunci yang di gunakan oleh pengunjung

Dan masih banyak yang lainnya (lebih lengkapnya silahkan anda pelajari)

Langsung aja ya Bro, gimana kalau ente2 pada mau bikinnya :
1. Masuk dulu ke http://www.google.com/analytics/
2. Lanjut ya bro, Pilih Daftar sekarang


3. Masukkan nama Blog anda,contoh 'http://mbelgedes.blogspot.com'
4. Kemudian Judul dari Blog anda, contoh cara kilat jadi kaya. Jangan lupa isi semua form-nya.

5. Copy script yang diberi Google Analystic ke blog anda, tapi sebelumnya anda mesti Login dulu ke blog anda, kemudian masuk ke Rancangan lanjutkan Tambah Gadget HTML/Java Script.


6. Ente bisa lihat tentang pergerakan pengunjung di blog ente setelah 1 hari.

Selamat mencoba ya bro !!

11.29.2010

Meningkatkan Pendapatan PeopleString

Langkah Berikutnya yaitu: Meningkatkan Pendapatan
Selanjutnya adalah meningkatkan pendapatan kita dengan mereferensi tautan (link) kepada teman-teman kita. Ini adalah tahap yang penting karena dari sinilah dollar akan mendatangi rekening kita.
1. Untuk memperoleh Link diri kita adalah sebagai berikut. Masuk ke PeopleString.

2. Dari sini pilih Refer a Friend akan muncul di bawahnya gambar seperti ini :

3. Masukkan alamat e-mail Anda lalu klik Refer, tunggu beberapa saat sampai muncul seperti ini :

4. Buka e-mail Anda, maka terdapat pesan baru dengan isi sebagai berikut:

5. Tulisan yang dilingkari pada gambar diatas adalah link yang akan Anda referensikan pada teman atau rekan Anda. Contoh ling punya saya: 'http://www.peoplestring.com/?u=iwanpudjo'
6. Sekarang Anda dapat referensikan link tersebut melalui media jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dll
Berikut adalah contoh cara mengajak teman untuk ikutan gabung PeopleString lewat Facebook.

Untuk mengajak teman di FB, kita bisa Copy trus Paste link kita pada dinding/wall facebook teman kita dan beri keterangan, atau bisa juga dikirim lewat surat. Kata-katanya bisa macem-macem tergantung selera, atau kalau bingung copy aja contoh dibawah ini:

sob, ada ifo bagus nich, sekarang kita bisa dapet duit dg mudah dari internet caranya tinggal daftar di http://www.peoplestring.com/?u=iwanpudjo trus ajakin orang untuk ikutan, kamu dapet $ 0,5 (kurang lebih Rp. 4.500) setiap ada yang daftar lewat ajakan u buruan daftar...!!!

Tulisan diatas cuma sekedar contoh, bisa diganti dengan kreasi sendiri. Perhatian...!!! Tulisan yang hurufnya tebal ganti dengan link anda.

Eh... ada yang ketinggalan. Jangan lupa rajin-rajin ngajakin temen sebanyak-banyaknya, ntar kalau saldonya sudah nyampe 25 $ berarti sudah siap dipanen (dicairkan). Dollar yang kita dapatkan akan dikirim ke Rekening PayPal yang nantinya bisa kita sambungkan ke rekening bank lokal (Bank Muamalat, BRI, BNI, BCA, Mandiri dll). Belum punya Rekening PayPal & mau buat ??? caranya silahkan baca disini, daftarnya gratis...!!!


Selamat Mencoba
Semoga Sukses

RePOSt from NEWYORK@RTO

11.27.2010

Membuat daftar isi pada Blog

Arti sebuah daftar isi atau sitemap dalam sebuah blog sangatlah penting, karena lebih mempermudah pengunjung blog untuk mencari atau mengenali dari blog yang dikunjungi.

cara membuat daftar isi :
1. Masuk kedalam Rancangan blog anda.
2. Masukkan script kode di bawah ini



3. Ganti 'http://www.abufarhan.com' dengan nama blog anda
4. Masuk ke rancangan blog kemudian Posting lalu edit page
5. Kemudian New Pages dan copy-kan script diatas kedalamnya.
6. Kemudian Save, jgn lupa sisipkan link pages anda yg akan di publikasikan.

Daftar isi


11.25.2010

Membuat Animasi Banner

Mau promo kalau cuma Text line aja , kayaknya kurang seru. mau punya banner sendiri , biar promo makin mantap. kunjungi aja di

http://www.addesigner.com
. disitu banyak sekali pilihannya.jika anda telah membuat banner anda, maka anda akan diberi script untuk banner anda. jika script yang diberikan tidak berfungsi pakai cara yg satu ini.

1. Upload gambar dengan media penyimpanan file online, saya memakai
http://imageshack.us/


2. Anda upload file gambar yg sudah anda save melalaui email anda, yg dikirim oleh addesigner

3. Jika anda sudah me-upload gambar maka akan muncul halaman berikut :


4. Masukkan Script ini di blog anda :


5. Ganti script dengan Web anda dan untuk sript gambar img src = diisi direct link yg telah anda buat dari lmageshack tadi.

6. Mengenai ukuran anda tinggal mengubah di width dan height nya, sesuai selera anda.
selamat mencoba.


contoh Banner yg saya buat

11.19.2010

Cara buka situs yg di blokir oleh Admin

Ingin buka situs yang anda inginkan tapi di blokir oleh Admin/server tempat dimana anda mau nge-Net ? nggak perlu bingung pake aja web ini dijamin ampuh.

AdFreeProxy


Selamat mencoba ya Bos !

7.03.2008

Prinsip dakwah

PRINSIP DA'WAH DALAM AL QUR'AN

Pengertian Da'wah

· Da'wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang artinya seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da'wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

· Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata do’a (fi’il madhi) dan yad’u (fi’il mudhari’) yang artinya memanggil (to call). Mengundang ( to in vite), menggaak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to pray) (Warson Munawir, 1994:439). Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam Al Qur’an yaitu pada surat Yusuf:33 dan Surat Yunus:25.

· Secara termologis pengertian dakwah dimanai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Istilah dakwah digunakan dalam Al Qur’an baik dalam bentuk fi’il maupun dalam bentuk mashdar berjumlah lebih dari seratus kali. Dalam Al Qur’an, dakwah dalam arti mengajak titemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Isalam dan kebaikan,7 kali kepada neraka dan kejahatan.

· Definisi dakwah didalam Islam dalah sebagai kegiatan “mengajak mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah serta berjuang bersama meninggikan agama-Nya. Kata mengajak, memotivasi, dan mendorong adalah kegiatan dakwah dalam ruang lingkub tabligh. Kata bashirah untuk menunjukan dakwah itu herus dengan ilmua dan perencanaan yang baik. Kalimat meniti jalan Allah untuk menunjukan tujuan dakwah yaitu mardhatillah. Kalimat istiqamah di jalan-Nya untuk menunjukkan dakwah itu harus berkesinambungan.

Beberapa dari ayat tersebut:

1. Mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ( QS. Ali Imran:104)

2. Mengajak manusia kepada jalan Allah (QS an-Nahl:125)

3. Mengajak manusia kepada agama Islam (QS as-Shaf:7)

4. Mengaak manusia kepada jalan yang lurus (QS al-Mukminun:73)

5. Memutuskan perkara dalam kehidupan umat manusia, kittabullah dan sunnaturrasul (QS an-Nur:48 dan 51, serta QS Ali Imran:23)

6. Menggajak kesurga (QS al-Baqarah:122)

Sedangkan definisi dakwah menurut para pakar anatara lain:

1. Syekh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Muesyidin, mengatkan dawah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperolah kebahagiaan dunia dan akhirat(11:17).

2. Muhammad Kh dr Husein dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagian dunia dan akhirat (tt, 17).

3. HSM Nasarudin Latif mendefinisaikan dakwah adalah setiap usaha aktivitas dangan lisan mupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah (tt, 11).

4. Toha Yahya Oemar, mengatkan bahwa dakwah adalah mengajak manusia kdengan cara bijaksana kepada kjalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat (1981:1).

5. Quarai Sihab mendefinisaiknnya sebagai seruan atau ajakan kepada kainsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat (1992:194).

Definisi-definisi di atas mencakup pengerian-pengertian sebagai berikut:

1. Dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiantan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.

2. Dakwah adalah suatu proses penyampain ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.

3. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bias dilakukan dengan berbagai cara atau metode.

4. Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.

5. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan yang mengubah pandangan hdup, sikap batin dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntunan syari’at untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Ilmu Dakwah

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".

Syaikh Ali Mahfuzh -murid Syaikh Muhammad Abduh- sebagai pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da'wah memberi batasan mengenai da'wah sebagai: "Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan maencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat."

Da'wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma'ruf dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da'wah, amar ma'ruf, dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang .

HUKUM BERDAKWAH

Hukum berdakwah adalah wajib dan kewajiban ini tertaklif pada setiap muslim dan muslimat di setiap masa. Terutamanya di zaman ini, lebih diwajibkan kepada umat Islam pada hari ini untuk memusuhi kepada serangan jahat musuh-musuh Allah swt yang bertujuan mencabut teras dakwah Islam dari jiwa umat Islam.

Menyeru manusia kepada Allah swt adalah satu kemuliaan yang besar kepada pendukung dakwah.

Firman Allah swt:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah swt, mengerjakan amal yang soleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” (Al Fushilat : 33)

Menyerukan manusia kepada Allah swt menghasilkan pahala dan ganjaran yang besar dan tidak ternilai sebagaimana pengakuan Rasulullah saw:

“Jika Allah swt memberi hidayah kepada seorang lelaki lantaran anda, itu lebih baik bagimu daripada setiap apa yang disinari matahari “(H.R. At Tabrani)

Begitu juga sabda Nabi saw yang bermaksud:

“Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan menasihati orang lain “(H.R. At Thahawi)

Menyeru manusia kepada Allah swt adalah salah satu peringkat (marhalah) yang penting dalam amal Islami yang dilakukan secara bersungguh-sungguh. Ia merupakan marhalah ta’rif (memperkenalkan) yang mendahului marhalah takwin (pembentukan) dan marhalah tanfiz (pelaksanaan).

Tujuan utama dakwah

Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kista dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).

Adapun mengenai tujuan yang lain dari da'wah, yaitu:

· pertama, mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya.

· Kedua, mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1)

Fiqhud-dakwah

Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.

MAUDHU’ DAKWAH

Secara umumnya, amudhu’ dakwah ialah ajaran Islam kerana ia merupakan risalah yang dibawa oleh para rasul dan satu-satunya agama yang diredhai Allah. Di antara kandungan dakwah yang perlu diketengahkan kepada masyarakat umum adalah:

Asas-asas ajaran Islam yang mencakupi persoalan Iman, Islam dan Ihsan.


a) Persoalan iman (aqidah) hendaklah diperjelaskan dalam lingkungan al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahih dengan mudah dan jauh daripada penghuraian ahli kalam yang memeningkan kepala. Persoalan yang perlu ditekankan ialah huraian berkenaan rukun-rukun iman.

b) Persoalan Islam (fiqh) pula hendaklah diajar dengan menjauhkannya daripada perselisihan mazhab dengan menjelaskan dalil dan hikmah pensyariatan serta mengaitkannya dengan kehidupan. Persoalan yang perlu ditekankan ialah huraian berkenaan rukun-rukun Islam.

c) Persoalan Ihsan (akhlak) juga hendaklah diajar dengan menjauhkannya daripada pelampauan ahli tasawwuf dan penguraian yang tidak memberi manfaat oleh ahli falsafah.

Di antara jenis-jenis ihsan yang perlu dihuraikan ialah:

· Ihsan dengan pengertian muraqabatullah

· Ihsan dengan pengertian berbakti kepada Allah

· Ihsan kepada umat Islam dengan cara memperkukuhkan hubungan al-ukhuwwah fillah

· Ihsan kepada semua makhluk dengan maksud bermuamalah dengan baik bersama mereka.

· Ihsan dengan pengertian melakukan sesuatu tugasan dengan penuh tekun dan bersungguh-sungguh.

USLUB DAKWAH

Di dalam Al-Quran, ayat yang menyebut perkataan uslub sebenarnya tidak ada. Apa yang ada ialah permahaman yang boleh diambil sewaktu Allah s.w.t. berfirman memerintah manusia menyeru ke jalanNya. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:

Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk. (Al-Nahl: 125)

Apabila persoalan uslub di dalam ayat di atas diletakkan selepas daripada seruan dakwah, ia menunjukkan bahawa uslub adalah perkara kedua.

Perkara paling utama ialah menyeru manusia terlebih dahulu ke jalan Allah, Tuhan yang menciptakan mereka. Kesedaran ini perlu diutamakan terlebih dahulu, barulah berbincang mengenai uslub dakwah.

Perkataaan uslub secara jelas tidak disebut dalam Al-Quran, namun begitu perkataan yang hampir sama dengan pengertian uslub telah disebutkan oleh Allah dalam firmanNya yang bermaksud:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan carilah yang boleh menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya); dan berjuanglah pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam) supaya kamu beroleh kejayaan. (Al-Ma’idah: 35)

Ayat di atas menggesa orang mukmin supaya bertaqwa dan mencari jalan serta cara yang menyampaikan mereka kepada taqwa. Oleh kerana jalan menuju Allah tidak boleh dinamakan uslub, maka kalimah yang dipakai ialah al-wasilah. Dengan ini al-wasilah lebih luas pengertiannya dari uslub sebagaimana ia juga lebih umum dari pengertian uslub.

Kefahaman Ayat 125 surat Al-Nahl Dari Kacamata Uslub Dakwah

Ayat yang disebut sebentar tadi membuat beberapa garis panduan dalam perlaksanaan dakwah yaitu kewajiban menyeru manusia ke jalan Allah. Penyeruan inilah yang dinamakan dakwah. Dalam proses penyeruan ini hendaklah diketahui cara- caranya, supaya dakwah itu boleh sampai kepada mereka. Inilah yang dikatakan kemahiran dan inilah uslubnya. Uslub dakwah yang dibentangkan secara tidak langsung oleh ayat tadi ialah:

a. Hikmah

b. Nasihat-nasihat yang bai

c. Bertukar-tukar fikiran dengan cara yang lebih baik

USLUB HIKMAH

Uslub hikmah dalam menyampaikan dakwah dapat dibahagikan kepada tiga bahagian iaitu:

  • Hikmah yang berhubung dengan sifat-sifat pendakwah di jalan Allah hendaklah bersifat menurut sifat-sifat Nabi seperti benar, amanah, bijaksana dan tabligh, berlaku adil, tidak lekas marah, sabar dan mempunyai pengetahuan serta pengalaman yang luas.
  • Hikmah berhubung dengan isi kandungan dakwah. Ia bermakna pendakwah ke jalan Allah hendaklah menyampaikan isi kandungan dakwah itu dari kandungan Al-Quran dan segala penerangan hendaklah menepati kebenaran serta dalil-dalil yang kuat dan tepat yang boleh mengurangkan keraguan. Kata-kata yang digunakan hendaklah sesuai dengan kemampuan pendengar.
  • Hikmah yang berhubung dengan alat dan strategi dakwah. Segala alat dan strategi yang digunakan betul-betul sesuai dengan tempatnya untuk mencegah berlakunya kerosakan kepada gerakan dakwah itu sendiri.

USLUB NASIHAT YANG BAIK

Nasihat yang baik ialah persanan dan ingatan dengan apa yang disukai oleh orang ramai tentang kebaikan dan mereka bersedia menerimanya dan benci kepada kejahatan serta mereka akan menjauhinya.

Boleh juga difahami dengan nasihat yang baik ialah nasihat yang masuk ke dalam hati dengan halus dan mendalam, menembusi perasaan dan jiwa dengan lembut, kerana berlemah lembut dalam nasihat itu biasanya boleh memberi petunjuk kepada hati yang sesat dan boleh menjinakkan hati yang liar dan boleh mendatangkan natijah yang lebih baik.

Cara nasihat yang baik bergantung kepada perbandingan di antara iman dan kufur, antara kebaikan dan kejahatan, antara taat dan maksiat, antara halal dan haram. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:


Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu (contoh kejadian-kejadian berdasarkan) peraturan-peraturan Allah yang tetap; oleh itu mengembaralah kamu di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan ( Rasul-rasul). (Ali-Imran:
137)

USLUB BERBINCANG DENGAN CARA BAIK

Para da’i hendaklah menjalankan dakwahnya dengan mengikuti cara yang lemah-lembut dalam perkataan dan menjauhkan kelakuan yang kasar dan kesat.

Gunakanlah sebaik-baik cara berhubung dengan tujuan untuk menjauhkan pendengar-pendengar yang didakwahkan itu dan merasa bahawa pendakwah itu menyerang aqidah yang mereka mempertahankannya. Perancangan cara begini adalah lebih kuat, berpengaruh dan berkesan. Firman Allah s.w.t yang bermaksud:

“Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka; dan katakanlah (kepada mereka) : Kami beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepada kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu; dan Tuhan kamu, juga Tuhan kamu, adalah Satu; dan kepadaNyalah, kami patuh dengan berserah diri.” (Al-Ankabut: 46)

Inilah juga firman Allah s.w.t. kepada Nabi Musa a.s. dan saudaranya Harun a.s. ketika mereka diutuskan oleh Allah s.w.t. kepada Firaun yang sombong. Sungguhpun begitu, Allah s.w.t. memerintahkan mereka supaya berlemah-lembut. FirmanNya yang bermaksud:

“Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melampaui batas dalam kekufurannya. Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya, dengan kata-kata yang lemah-lembut, semoga ia beringat atau takut.” (Taha: 43-44)

Apabila Allah s.w.t. menyatakan supaya dalam berbincang mestilah dengan cara yang baik, maka para da’i perlulah membuat persiapan terlebih dahulu dan segi hujah, latihan, teknik, berbincang yang terbaik, supaya lahir seorang da’i yang mempunyai karisma yang tinggi dalam berdiskusi.

Kalau tidak adalah lebih baik jika dia tidak memberikan kesanggupan dari awal semasa proses temujanji dilakukan.


Kalau ia mempunyai fakta yang lengkap dan cukup jitu, maka ia tidak akan mudah panas baran dan melenting apabila dicemuh atau diserang kerana dia tahu peluru yang ada padanya mencukupi serta mampu menjawab semua hujah musuh atau orang-orang yang diseru kepada Islam.

Pendakwah kadang-kadang mudah naik angin dengan berbagai-bagai soalan kerana tiada persiapan. Dia akan bimbang sekiranya persoalan itu mematikan ideanya untuk berhujah.

Boleh jadi ada orang bertanya, jika pendakwah selalu berlembut dan memilih perbincangan dengan cara yang baik maka bilakah masanya akan berlaku keras. Kita menjawab keras boleh berlaku tetapi dalam kadar dan ruang lingkup membalas setara dengan apa yang mereka lakukan.

Kalau dalam peperangan sekalipun Islam tidak cenderung kepada kekasaran tetapi lebih kepada unsur membalas setara dengan apa yang dilakukan. Maka di dalam dakwah sifat ini lebih dituntut kerana peringkat ini ialah peringkat dakwah iaitu seruan dan pemberian maklumat perintah Islam. Manakala, peringkat perang ialah peringkat jihad.

Lagi pula kalau kasar merugikan dan lemah lembut tidak merugikan maka baiklah kita berlaku lembut kerana kita tidak akan cepat kehabisan peluru. Barangkali peluru akan digunakan dengan begitu waspada sekali. Kalau peluru dilepaskan dilepaskan bertubi-tubi dengan begitu kasar sekali boleh jadi kehancuran akan berlaku.

Macam-macam da’wah

1. Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).

2. Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato).

Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.

3. Dakwah bil-Lisan

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jum'at atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.

4. Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.

Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

5. Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.

Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".

6. Dakwah bil Hikmah

Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:

Menurut bahasa:

· adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil

· memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan

· ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama

· obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal

· pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:

· valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

Khilafah Islamiyyah Bukan Tujuan Utama Dakwah Para Nabi

Tema Khalifah Islamiyyah ternyata memiliki daya tarik cukup besar. Isu ini terbukti mampu menimbulkan sentimen tersendiri di kalangan kaum muslimin. Banyak yang semangatnya tergugah dan kemudian ramai-ramai berjuang agar Khalifah Islam kembali berdiri. Namun sayang, perjuangan mereka jauh dari tuntunan syariat. Akhirnya, kegagalan demi kegagalan yang mereka raih. Yang lebih tragis, tak sedikit darah kaum muslimin tertumpah akibat perjuangan mereka yang hanya bermodal semangat itu.

Cara-cara yang mereka lakukan ini merupakan salah satu bentuk pengaruh pemikiran-pemikiran sesat dari tokoh-tokoh mereka, seperti: Abul A’la Al-Maududi dan Sayyid Quthb. Abul A’la Al-Maududi, dimana dia mengatakan: “… Mungkin telah jelas bagi anda semua dari tulisan-tulisan dan risalah-risalah kita bahwa tujuan kita yang paling tinggi yang kita perjuangkan adalah: MENGADAKAN GERAKAN PENGGULINGAN KEPEMIMPINAN. Dan yang saya maksudkan dengan itu adalah untuk membersihkan dunia ini dari kekotoran para pemimpin yang fasiq dan jahat. Dan dengan itu kita bisa menegakkan imamah yang baik dan terbimbing. Itulah usaha dan perjuangan yang bisa menyampaikan ke sana. Itu adalah cara yang paling berhasil untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharapkan wajah-Nya yang mulia di dunia dan akhirat.” (Al-Ususul Akhlaqiyyah lil Harakah Al-Islamiyyah, hal 16).

Al-Maududi juga berkata: “Kalau seseorang ingin membersihkan bumi ini dan menukar kejahatan dengan kebaikan … tidak cukup bagi mereka hanya dengan berdakwah mengajak manusia kepada kebaikan dan mengagungkan ketaqwaan kepada Allah serta menyuruh mereka untuk berakhlak mulia. Tapi mereka harus mengumpulkan beberapa unsur (kekuatan) manusia yang shalih sebanyak mungkin, kemudian dibentuk (sebagai suatu kekuatan) untuk merebut kepemimpinan dunia dari orang-orang yang kini sedang memegangnya dan mengadakan revolusi.” (Al-Ususul Akhlaqiyyah lil Harakah Al-Islamiyyah, hal 17-18).


Pernyataan Sayyid Quthb dalam beberapa karyanya yang mengarahkan dan menggiring umat ini untuk menyikap lingkungan dan masyarakat serta pemerintahan muslim sebagai lingkungan, masyarakat, dan pemerintahan yang kafir dan jahiliyyah. Pemikiran ini berujung pada tindakan kudeta dan penggulingan kekuasaan sebagai bentuk metode penyelesaian problema umat demi terwujudnya Khilafah Islamiyyah.


Metode berfikir seperti tersebut di atas disuarakan pula oleh tokoh-tokoh mereka yang lainnya seperti Sa’id Hawwa, Abdullah ‘Azzam, Salman Al-Audah, DR. Safar Al-Hawali, dan lain-lain. (tiga tokoh terakhir ini yang banyak berpengaruh dan sangat dikagumi oleh seorang teroris muda berasal dari Indonesia, bernama Imam Samudra).
Buku dan karya-karya mereka telah tersebar luas di negeri ini, yang cukup punya andil besar dalam menggiring para pemuda khususnya untuk berpemikiran radikal serta memilih cara-cara kekerasan untuk mengatasi problematika umat ini dan menggapai angan yang mereka canangkan. Maka wajib bagi semua pihak dari kalangan muslimin untuk berhati-hati dan tidak mengkonsumsi buku firnah karya tokoh Khawarij. Demikian juga buku-buku kelompok Syi’ah Rafidhah yang juga syarat dengan provokasi kepada umat ini untuk melakukan berbagai aksi dan tindakan teror terhadap penguasa.


Dari penjelasan di atas jelas bagi kita, bahwa banyak dari kalangan aktivis pergerakan Islam yang menyatakan bahwa permasalahan Daulah Islamiyyah merupakan permasalahan yang penting, bahkan terpenting dalam masalah agama dan kehidupan.


Dari situ muncul beberapa pertanyaan besar yang harus diketahui jawabannya oleh setiap muslim, yaitu: Apakah penegakkan Daulah Islamiyyah adalah fardu’ain (kewajiban bagi
setiap pribadi muslim) yang harus dipusatkan atau dikosentrasikan pikiran, waktu, dan tenaga umat ini untuk mewujudkannya? Kemudian benarkah bahwa tujuan utama dakwah para nabi adalah penegakkan Daulah Islamiyyah?

Untuk pertanyaan tersebut di atas, mari kita simak penjelasan ulama besar berikut ini. Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardi berkata di dalam kitabnya Al-Ahkam As-Sulthaniyyah: “…jika telah pasti tentang wajibnya (penegakkan) Al-Imamah (kepemimpinan/pemerintahan) maka tingkat kewajibannya adalah fardhu kifayah, seperti kewajiban jihad dan menuntut ilmu.” Sebelumnya beliau juga berkata: “Al-Imamah ditegakkan sebagai sarana untuk melanjutkan khilafatun nubuwwah dalam rangka menjaga agama dan pengaturan urusan dunia yang penegakkannya adalah wajib secara ijma’, bagi pihak yang berwenang dalam urusan tersebut.”(Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, hal. 5-6)


Imamul Haramain menyatakan bahwa permasalahan Al-Imamah merupakan jenis permasalahan furu’. (.”(Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, hal. 5-6).
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali berkata: “Maka anda melihat pernyataan mereka (para ulama) tentang permasalahan Al-Imamah bahwasanya ia tergolong permasalahan furu’, tidak lebih sebatas wasilah (sarana) yang berfungsi sebagai pelindung terhadap agama dan politik di dunia, yang dalil tentang kewajibannya masih diperselisihkan apakah dalil ‘aqli atau dalil syar’i …. Bagaimanapun, jenis permasalahan yang seperti ini kondisinya, yang masih diperselisihkan tentang posisi dalil yang mewajibkannya, bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa masalah Al-Imamah ini merupakan puncak tujuan yang paling hakiki?”


Demikian jawaban dari pertanyaan pertama. Adapun jawaban dari pertanyaan kedua, mari kita simak penjelasan Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah ra: “Sesungguhnya pihak-pihak yang berpendapat bahwa permasalahan Al-Imamah merupakan suatu tuntutan yang paling penting dalam hukum Islam dan merupakan permasalahan umat yang paling utama (mulia) adalah suatu kedustaan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin, baik dari kalangan Ahlus Sunnah maupun dari kalangan Syi’ah (itu sendiri). Bahkan pendapat tersebut terkategori sebagai suatu kekufuran, sebab masalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah permasalahan yang jauh lebih penting dari pada permasalahan Al-Imamah. Hal ini merupakan permasalahan yang diketahui secara pasti dalam dienul Islam.” (Minhajus Sunnah An-Nababiyyah, 1/16)

Kemudian beliau melanjutkan: “…Kalau (seandainya) demikian (yakni kalau seandainya Al-Imamah merupakan tujuan utama dakwah para nabi, pent), maka (mestinya) wajib atas Rasulullah Saw untuk menjelaskan (hal ini) kepada umatnya sepeninggal beliau, sebagaimana beliau telah menjelaskan kepada umat ini tentang permasalahan shalat, shaum (puasa), zakat, haji, dan dan telah menentukan perkara iman dan tauhid kepada Allah Swt serta iman pada hari akhir. Dan suatu hal yang diketahui bahwa penjelasan tentang Al-Imamah di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak seperti penjelasan tentang perkara-perkara ushul (prinsip) tersebut… Dan juga tentunya di antara perkara yang diketahui bahwa suatu tuntutan terpenting dalam agama ini, maka penjelasnnya di dalam Al-Qur’an akan jauh lebih besar dibandingkan masalah-masalah lain.


Setelah kita membaca penjelasan ilmiah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di atas, lalu coba kita bandingkan dengan ucapan Al-Maududi, yang mengatakan bahwa: 1) permasalahan Al Imamah adalah inti permasalahan dalam kehidupan kemanusiaan dan merupakan pokok dasar paling mendasar. 2) puncak tujuan agama yang paling hakiki adalah penegakkan struktur Al-Imamah (kepemerintahan) yang shalihah dan rasyidah. 3) (permasalahan Al-Imamah) adalah tujuan utama tugas para nabi.
Menanggapi hal itu, Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhalullah berkata: “Sesungguhnya permasalahan terpenting adalah permasalahn yang dibawa oleh seluruh para nabi AS, yaitu permasalahan tauhid dan iman, sebagaimana Allah simpulkan dalam firman-Nya: Dan Sesungguhnya telah Kami utus pada tiap-tiap umat seorang rasul (dengan tugas menyeru) beribadahlah kalian kepada Allah (saja) dan jauhilah oleh kalian thagut (An-Nahal:36). “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku (Adz-Dzariyat: 56). “Sungguh telah kami wahyukan kepadamu dan kepada (para nabi) yang sebelumnya (bahwa) jika engkau berbuat syirik niscaya akan batal seluruh amalanmu dan niscaya engkau akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-zumar: 65)

Urgensi dan Strategi Amar ma'ruf Nahi munkar

Dalam Al-Qur'an dijumpai lafadz "amar ma'ruf nahi munkar" pada beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104: "Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung". Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini: "Hendaklah ada di antara kamu suatu golongan yang menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma'ruf (segala yang dipandang baik oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala yang dipandang tidak baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang beruntung."

Dalam ayat lain disebutkan "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110). Lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar tersebut juga bisa ditemukan dalam QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A'raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih banyak lagi dalam surat yang lain.

Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun hanya sekedar kumpulan individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah: "Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan selamat tinggal untuknya."

Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma'ruf dan nahi munkar merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam menilai kualitas suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke dalam tingkatan yang tertinggi Allah berfirman: "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia." Kemudian Allah menjelaskan alasan kebaikan itu pada kelanjutan ayat: "Menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar." (QS. Ali Imran: 110). Demikian juga dalam mengklasifikasikan suatu umat ke dalam derajat yang serendah-rendahnya, Allah menggunakan eksistensi amar ma'ruf nahi munkar sebagai parameter utama. Allah Swt. berfirman: "Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Isra'il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat." (QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa dipahami sejauh mana tingkat urgensitas amar ma'ruf nahi munkar.

Bila kandungan ayat-ayat amar ma'ruf nahi munkar dicermati, -terutama ayat 104 dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma'ruf dan nahi munkar lebih didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber dari segala rupa taat. Hal ini dikarenakan amar ma'ruf nahi munkar adalah bentengnya iman, dan hanya dengannya iman akan terpelihara. Di samping itu, keimanan adalah perbuatan individual yang akibat langsungnya hanya kembali kepada diri si pelaku, sedangkan amar ma'ruf nahi munkar adalah perbuatan yang berdimensi sosial yang dampaknya akan mengenai seluruh masyarakat dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat.

Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan Allah, Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah syirik kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya disebut dengan public opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa yang disukai dan diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini oleh khalayak. Namun kelalaian dalam ber-amar ma'ruf telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga yang ma'ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai hal yang ma'ruf.

Konsisnten dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa masyarakat itu layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah satu bagian, amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan preventif melawan kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw. memberikan tamsil: "Permisalan orang-orang yang mematuhi larangan Allah dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus melawati orang-orang yang ada di atas meraka. Akhirnya mereka berkata 'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan mengganggu orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang di atas mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat."

Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa:

  1. Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
  2. Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
  3. Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun".
  4. Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79).

Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.

Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam secara sempurna. Metode yang di terapkan dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar tersebut sebenarnya akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dihadapi para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki.

Ketegasan dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar bukan berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan metode amar ma'ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat dengan social cost yang tinggi.

Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk masyarakat:

  1. Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44).
  2. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
  3. Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan politik.
  4. Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.

Dalam menyampaikan da'wah amar ma'ruf nahi munkar, para da'i dituntut memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun masyarakat dan negara. Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa da'wah yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh Al Qur'an dan Sunnah. Bertanggung jawab kepada masyarakat atau umat menganduang arti bahwa da'wah Islamiyah memberikan kontribusi positif bagi kehidupan sosial umat yang bersangkutan. Bertanggung jawab kepada negara mengandung arti bahwa pengemban risalah senantiasa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku di negara dimana ia berda'wah. Jika da'wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum positif yang berlaku dalam sebuah negara, maka kelancaran da'wah itu sendiri akan terhambat dan bisa kehilangan simpati dari masyarakat.

Banyak ayat yang menceritakan dakwah para nabi terhadap kaumnya dan bagaimana para nabi mendapatkan kesulitan dalam berdakwah, bahkan di dalam alqur’an juga di ceritakan dakwah para binatang ( burung hud-hud dan semut pada jaman Nabi Sulaiman as ) intinya hampir keseluruhan isi alqur’an berisikan tentang dakwah dan bagaimana dakwah itu di buat.

Dakwah adalah mutiara di awal zaman dan akan tetap menjadi mutiara di akhir zaman. Allah swt utus 124.000 Anbiya sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw hanya untuk dakwah, mereka menghabiskan waktu dan fikirnya agar bagaimana setiap hati manusia kenal dan taat kepada Allah swt.

Membentuk hati manusia merupakan hal yang sangat penting, agar sifat-sifat mulia masuk pada setiap diri manusia. Apabila sifat-sifat yang mulia ini masuk ke dalam diri manusia, mereka akan taat pada perintah Allah swt, dan akan meninggalkan seluruh larangan Allah swt. Namun kebalikannya jika hati tidak punya sifat-sifat mulia, manusia akan menjadi lebih “buas” daripada binatang.

Dahulu di kota Makkah kaum jahiliyah sangatlah buruk akhlaknya. Ditengah-tengah kejahilan kafir Quraisy, Nabi Muhammad saw dilahirkan. Sejak ia lahir sampai berusia 40 tahun tidak ada dakwah sehingga orang-orang kafir Quraisy belum berubah. Setelah berumur 40 tahun beliau diangkat menjadi Nabi. Sekembalinya dari Gua Hira , Nabi saw mulai berdakwah di kota Mekkah.

Lelaki pertama yang menerima dakwah beliau adalah Abu Bakar Shiddiq ra., Wanita yang pertama mengakui kerasulan Muhammad saw adalah istri beliau Khadijah r.ha. dan pemuda yang masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib.

Dengan berbagai pengorbanan , rintangan dan tantangan serta pikir, risau dan gerak Rasulullah saw dan para sahabat memulai dakwah ini. Mereka yakin dengan janji-janji Allah, menyandarkan hanya kepada Allah atas setiap permasalahan hidup. Yang pada akhirnya penduduk Mekkah dan Madina tumpah ruah masuk Islam. Suasana dan keadaan tanah Hijaz Jajirah Arab berubah menjadi sumber hidayah ke seluruh alam.

Kita lihat Bani Israil, mereka anak cucu Nabi yang berpusat di Mesir. Mereka keturunan para Nabi, tapi karena meninggalkan dakwah maka Allah swt hinakan mereka.

Kesimpulannya, jika dakwah dibuat maka akan lahir dari rahim-rahim wanita kafir para pejuang agama ( para sahabat nabi ), tapi apa bila dakwah ditinggalkan maka akan lahir dari rumah-rumah orang Islam para penentang agama.

Apabila setiap hari-hari kita buat dakwah maka akan lahir keyakinan yang sempurna terhadap Allah swt, karena sesungguhnya dakwah merupakan sarana tarbiah untuk mencapai kesempurnaan iman secara bertahap-tahap. Dengan dakwah setiap orang diharapkan :

1. Yakin / Iman mereka seperti Iman dan Yakinnya Nabi saw.

2. Risau dan Fikir seperti risau dan fikirnya Nabi saw.

3. Maksud / tujuan hidup seperti Maksud / tujuan hidup Nabi saw.

4. Mizas kecintaan seperti Mizas / kecintaan Nabi saw.

5. Tertib hidup seperti tertib hidup Nabi saw.

Ukuran kerja dakwah adalah bagaimana semakin hari para pekerja dakwah semakin dekat dengan Allah swt, Iman , amal dan hatinya hari demi hari menjadi baik. Hubungan dengan keluarga semakin baik , dengan tetangga, dengan rekan-rekan di kantor atau sekolah dan lain sebagainya menjadi baik. Bila kita buat dakwah hari-hari tapi Iman , amal dan hatinya tidak berubah masih sama seperti ketika kita belum buat dakwah, berarti ada yang salah dengan dakwahnya atau barang kali ada yang salah dengan niatnya ketika berdakwah.

Ukuran kerja dakwah bukan orang lain tapi diri kita, apakah diri kita ini semakin dekat dengan Allah atau tidak karena Allah swt tidak melihat hasil dari usaha kita , tapi Allah swt melihat kesungguhan dan ketaatan kita dalam menjalankan setiap perintah-Nya

Sebagai mana di ceritakan ketika Ibrahim telah menyelesaikan pembangunan ka’bah, dia berkata : ”Ya Allah, aku telah menyelesaikan pembangunan rumah-Mu yang suci.” Allah pun menjawab,”Wahai Ibrahim, serulah manusia niscaya mereka akan datang untuk mengerjakan haji .” Ibrahim as berkata,”Ya Allah, bagaimana suaraku akan sampai kepada mereka?” Allah menjawab, ”Engkau hanya menyeru perintahku, sedangkan akulah yang akan menyampaikan kepada mereka.”.

Begitu juga dengan kita hari ini , lakukan saja yang menjadi tugas kita selebihnya biar Allah yang selesaikan. Nabi Nuh as buat dakwah selama 950 tahun hanya menghasilkan 83 orang bahkan anak dan Istri Nabi Nuh menentang dakwah Nabi Nuh. Tapi Nabi Nuh tetap buat dakwah semaksimal mungkin. Masalah ada yang suka atau tidak itu bukan urusan kita , yang menjadi urusan kita kalau kita tidak buat dakwah, karena Allah pasti akan hinakan kita. Masalah orang ada yang menentang biar Allah swt yang selesaikan tugas kita hanyalah lagi dan lagi buat dakwah untuk memperbaiki diri.

Kita bisa lihat Kaum ‘Ad yang menentang Nabi Hud di hancurkan Allah dengan angin topan. Kaum Tsamud yang menentang dakwah Nabi Shalih Allah hancurkan dengan bunyi terompet Malaikat, sehingga jantung mereka copot. Begitu pun dengan Nambrut yang menentang Nabi Ibrahim as dan Fir’aun yang menentang Nabi Musa as. intinya kita lakukan apa yang Allah swt perintahkan selebihnya biar Allah swt yang selesaikan.

Semoga Allah swt gunakan harta dan diri kita untuk agamanya, menjadikan dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah dan mati dalam dakwah dan membangkitkan kita kelak menjadi umat baginda Rasulullah saw. amien.

Mesin pencari Google